Desa Sukorejo merupakan salah satu Desa dari 14 Desa yang berada di Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang. Desa ini terletak di paling ujung sebelah barat dari Kantor Kecamatan Gondanglegi yang berbatasan langsung dengan 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Kepanjen (batas desa sebelah barat) dan Kecamatan Pagelaran (batas desa sebelah selatan).
Mayoritas penduduk Desa Sukorejo masih mempertahankan pola hidup yang memegang teguh adat istiadat, serta dinamika masyarakat yang mengutamakan gotong royong, sehingga secara umum masyarakat ikut serta memiliki dan memikirkan bagaimana desanya menjadi berkembang, maju dan mandiri menjadi desa yang berswasembada.
Nama Desa Sukorejo, konon diambil dari bahasa Jawa yang terdiri dari dua kata yakni "Suko" yang berarti "Bunga/senang" dan "Rejo" berarti "Ramai". Menurut istilah, Sukorejo memiliki arti senang dengan keramaian, kemajuan, kesejahteraan, dan kemakmuran khususnya masyarakat di Desa tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dengan data statistik desa ini yakni tanahnya yang subur menjadi potensi utama desa, ditambah lahan persawahan yang luas sehingga desa ini termasuk dalam kategori desa agraris dimana penduduknya 40% bekerja sebagai petani dan buruh tani/pekebun, 30% bekerja dibidang industri, dan 30% lagi dibidang perdagangan dan jasa.
A. Sejarah Desa
Awal mula berdirinya Desa Sukorejo sampai saat ini belum diketahui pasti, konon dahulu kala pernah terjadi peralihan kekuasaan dari Sistem Keraton (Kerajaan) kepada Sistem Pemerintahan (petinggi/kepala desa) yang mana dalam hal ini terjadi sebelum masa kepemimpinan Mbah Rebo (Petinggi pada saat itu).
Konon, dahulu kala pernah lahir seorang bayi laki-laki separuh badan, namanya Sholeh orang menyebutnya Mbah Sholeh atau dalam istilah lain warga kami sering menyebut beliau dengan sebutan Mbah Slining karena beliau terlahir separuh badan. makamnya berada di ujung barat desa yakni ditengah-tengah permukiman warga Jl.Diponegoro Rt.10 Rw.01. konon katanya, dalam dimensi lain beliau terkenal memiliki kelebihan/kesaktian yang tidak dimiliki orang lain pada umunya, konon hal ini berawal ketika dahulu kala ada utusan prajutit kerajaan menunggangi kuda membawa perempuan hamil untuk menyelamatkan keberadaannya. Sesampainya di jalan selatan orang-orang bersorak sorai saat kendalinya jatuh, disaat itulah nama sukorejo berawal. yang mana istilah "Suko" dalam bahasa jawa memiliki arti "suka", "Rejo" memilik arti "ramai" sehingga dapat disimpulkan masyarakat disini suka akan keramaian. Saat kendali kudanya jatuh, kendali tersebut dikubur di TPU bagian timur desa sukorejo kala itu (sekarang menjadi bagian dari desa bulupitu). Konon karena masyarakat desa sukorejo sangat kental dengan adat istiadat sehingga makam tersebut dianggap keramat dan sebagai wujud untuk mengenang peristiwa tersebut nama Mbedali (kendali kuda) dijadikan sebagai salah satu nama dusun di desa kami yakni dusun Mbedali. adapun sosok perempuan yang hamil tadi hidup dan tinggal menetap didesa sini sampai sosok bayinya lahir dengan kondisi separuh badan. karena ibunya tidak tega bila bayinya jadi manusia dewasa sehingga dikuburlah bayi tersebut hidup-hidup dan diberi nama Sholeh. Konon masyarakat dahulu beranggapan keberadaan beliau sangat berpengaruh besar pada Desa Sukorejo sehingga makam beliau dianggap keramat dan menjadi salah satu punden di Desa ini.
Pada masa kepemimpinan Mbah Rebo, ada salah satu tokoh agama atau istilah lain "babat alas" yakni Mbah Puro, menurut cerita rakyat dan beberapa narasumber Desa Sukorejo, Mbah Puro adalah sosok yang paling berjasa di Desa ini, ada yang mengatakan beliau merupakan sesepuh desa Sukorejo atau Kyai/Tokoh Agamanya Desa Sukorejo kala itu. Beliau yang bersyiar menyebarkan ajaran agama Islam didesa ini, mengenalkan sekaligus membimbing mana hitam dan mana yang putih. Makam beliau terletak tidak jauh dari makam Mbah Puro yakni Punden Selatan Desa Sukorejo (tepi Jl. Raya Provinsi selatan desa)
Selanjutnya dimasa atau orde berikutnya yakni Mbah Ris Singo Wongso Dipo, "namanya Abdul Mukti, julukannya mbah ris" ujar Perdopo (salah satu warga kami yang dulu pernah menjabat sebagai Kepala Desa Sukorejo era 1990.an dan masih hidup sampai saat ini tahun 2024 dengan usia ±68 tahun)."Mbah Ris itu diambil dari kata Aris, dimana istilah Aris itu dimaksudkan ketua paguyuban dimasa itu, konon dimasa kepemimpinan Mbah Aris, beliau memimpin beberapa wilayah/desa yakni Sukorejo, Bulupitu, Sumberjaya, Ganjaran, Panggungrejo, dan Sukosari. hal ini belum dapat dibuktikan sacara pasti, namun dari letak makam beliau yang berada ujung selatan tepi jalan provinsi, bisa jadi memang demikian adanya, yang mana dahulunya sebelum ada pemetaan wilayah antar desa, makam tersebut termasuk wilayah desa Sukorejo sehingga banyak warga sukorejo dahulunya dimakamkan di pemakaman tersebut. Sekarang makam tersebut menjadi wilayah Bulupitu yang berada ditengah-tengah antara Desa Sukorejo dan Desa Sukosari" Jelas Bambang Hernanto 25/06/2023 (beliau menjabat sebagai Sekretaris Desa Sukorejo periode saat ini yakni 2019-2025). "tidak hanya itu, di pemakaman tersebut juga ada salah satu makam yang posisi makamnya berbeda dengan makam-makam yang lain pada umumnya, konon di dalam makam tersebut merupakan kendali kuda seorang prajurit utusan kerajaan di dizaman dahulu, yang jatuh saat hendak perjalanan ke arah timur. kendali kuda ini dalam istilah jawa disebut Mbedali, konon dari istilah Mbedali inilah salah satu dusun di desa kami di beri nama Dusun Mbedali" (Lanjut P. Bambang Hernanto). sedangkan versi lain ada yang mengatakan "makam yang berbeda itu adalah makam mbah bureng, konon dahulu kala terjadi banjir besar diwilayah sini, kemudian tuhan memberi karomah kepada mbah bureng ini sehingga banjirnya surut, dan beliau berwasiat untuk dimakamkan di makam tersebut dengan posisi melintang berbeda dengan makam-makam yang lain, wallohua'lam" (jelas Ust.Zainal Arifin beliau mudin desa sukorejo periode saat ini yakni 2019-2025)
Dari beberapa ulasan diatas dapat disimpulkan bahwa sejarah awal mula berdirinya desa sukorejo sampai saat ini belum diketahui pasti. hanya berdasarkan cerita rakyat yang beredar juga menurut keterangan beberapa tokoh yang hidup dimasa itu, kami berusaha merangkumnya menjadi sebuah narasi yang mudah dipahami, sehingga kami berharap kepada para pemuda sekaligus penerus desa ini mengerti sejarah paling tidak mengetahui seperti apa awal mula desa sukorejo ini, menjadikannya suatu hal yang dapat diambil pelajaran atau dampak positif dibalik setiap peristiwa yang terjadi. terlebih lagi agar supaya kita bisa mengenang jasa para pahlawan sekaligus para pemimpin yang pernah mengabdikan diri didesa sini serta tidak segan-segan untuk menjadikannya "suri tauladan/Leadership" serta mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. sebagaimana pesan singkat bapak proklamator kita Ir. Soekarno dahulu pernah berkata "JASMERAH!! (jangan pernah melupakan sejarah!!)". Wallohua'lam bissowaf.